Custom Gadget

Jumat, 24 Agustus 2018

Apa yang Sudah Diberikan Keita untuk Liverpool?


Pertanyaan muncul ketika The Reds membayar di atas klausul transfer gelandang RB Leipzig musim panas lalu, tetapi apakah Jurgen Klopp menemukan bagian yang hilang dari puzzle barisan gelandangnya? Andy Murray dari FFT pergi ke Selhurst Park untuk memperhatikan aksi  pemain nomor 8 baru Liverpool.


Apa yang akan terjadi jika Anda memasang turbocharged, 6.2l, mesin V-8 Corvette ke dalam Rolls-Royce? Berhentilah membayangkan seorang primadona, Jeremy Clarkson serta celana jinsnya selama satu menit dan berpikir.
Mesin dan mobil keduanya brilian, tetapi satukan mereka bersama dan Anda merusak dua mobil yang sebelumnya cantik dan anggun. Akan ada terlalu banyak tenaga, Rolls-Royce tidak akan berbelok dengan benar dan suaranya akan terlalu berisik. Mobil itu akan kehilangan segalanya yang membuatnya luar biasa.
Musim panas ini, Jurgen Klopp tidak sabar menunggu seorang pemain baru datang. Dan dia membayar £52 juta untuk mendapatkannya. Awalnya dibeli pada Juli 2017 dari RB Leipzig, pemain tengah dari Guinea, Keita memiliki ketenangan seperti kuda balap dengan daya juang seperti pemenang Derby – kompetisi berkuda kelas dunia. Bos Liverpool tahu dia sangat membutuhkan kekuatan sang gelandang, terutama setelah kehilangan Alex Oxlade-Chamberlain untuk musim ini.
Apa yang segera mengagetkan Anda adalah daya jelajah Keita. Dia hampir tidak pernah berlari. Modus operandi pemain berusia 23 tahun itu adalah menawarkan operan pendek kaki ke kaki, terus-menerus memutarkan setengah posisi badannya. Dia menyerupai Michael Johnson yang sedang jogging, peraih medali emas Olimpiade lima kali dan mantan pemegang rekor dunia 200m dan 400m, karena dia memiliki gaya berjalan yang sangat tegak, sikunya hampir menempel ke tubuhnya.
Dia entah bagaimana berhasil terlihat seperti dia tidak banyak bergerak, sambil secara bersamaan menjelajah setiap jengkal lapangan; semacam sepakbola Keyser Soze yang meyakinkan dunia bahwa dia tidak ada.
Dan terkadang Keita melakukan sprint dengan postur kekar yang tidak berubah. Tidak ada langkah panjang, yang ada hanya berjalan sangat cepat. Bayangkan para atlet jalan cepat di Olimpiade dan itulah yang kelihatan di lapangan.

AKSELERASI MAKSIMUM
Santai di awal pertandingan, Keita merasakan jalannya menuju laga tandang Premier League pertama di salah satu lapangan paling menyulitkan di Inggris. Sepuluh menit kemudian, dia menunjukkan mengapa Klopp membelinya. Dia menyerang James McArthur untuk merebut bola, menyelinap melewati Jeff Schlupp dan memberi umpan kepada Roberto Firmino untuk memulai serangan dengan dirinya yang membantu dari belakang. Sederhana, namun sangat efektif. 
10 menit kemudian, dia melakukan aksi yang lebih baik. Dengan kiper Alisson memberikan umpan pendek, Keita menerima bola di bawah tekanan penuh dari Andros Townsend. Dalam satu gerakan, seperti penari balet, dia berbalik dan berlari ke arah lingkaran tengah, memberi umpan lambung indah di atas pertahanan kepada Mo Salah. Satu-satunya kejutan adalah sang Egyptian King dari Liverpool malah menembak ke atas mistar gawang. 
Jika pemain yang baik selalu tampak memberi waktu banyak bersama bola, maka Keita bisa menulis simfoni, melukis karya impresionis dan melakukan operasi tulang punggung yang rumit dalam waktu yang dibutuhkan seorang gelandang tengah untuk hanya memberikan operan sejauh lima yard.
Dia juga tetap efektif di babak kedua. Pada akhir serangan balik khas Kloppian, Keita berlari sepanjang lapangan untuk menembakkan bola yang melebar dalam lima menit pertama.

Dia juga mampu mengubah tempo, meningkatkan larghetto alamiahnya menjadi sesuatu yang lebih allegro – atau bahkan lebih cepat – jika momen itu begitu memengaruhinya. Beberapa saat setelah dia menembak di awal babak kedua, dia membawa bola dari setengah lapangan Liverpool ke tepi area penalti Palace tanpa bersusah payah dan hanya sedikit berlari kecil untuk mendapatkan sepak pojok. 
Saat The Reds menguasai pertandingan, Keita sang perusak berada di elemennya. Untuk situasi khusus seperti ini, Klopp menginginkan gelandang seperti itu. Tak terhitung berapa kali Keita bisa merebut bola dan memainkannya secara sederhana, menetralisir serangan Palace dan mengurangi tekanan kepada lini pertahanan Liverpool. Tidak ada pemain Liverpool yang membuat lebih banyak tekel daripada Keita yang menciptakan lima tekel.
SANTAI, TENANG, SIAP
Bermain di kiri tengah, dia sudah melebur dengan Andy Robertson secara cepat dan Sadio Mane bisa maju lebih jauh. Keita memulai sejumlah serangan balik Liverpool – salah satu yang menyebabkan kartu merah untuk Aaron Wan-Bissaka yang menjegal Mo Salah ketika mendapat peluang bersih – karena mereka berusaha untuk mendapatkan gol kedua untuk membunuh semangat perlawanan Crystal Palace.
Ini persis merupakan jenis permainan di mana Liverpool telah membuang poin dari posisi unggul di masa lalu, tetapi dengan Keita di depan pertahanan, The Reds terlihat jauh lebih tangguh dan yang terpenting, tidak terlalu panik. 
Virgil van Dijk akan menerima pujian dengan baik untuk menyusun empat bek dengan lebih banyak ketangguhan daripada sebelumnya – terutama melawan Christian Benteke yang canggung – tetapi di depan orang Belanda itu ada Keita, yang mungkin saja menjadi transfer terbaik musim panas. Leicester dan Chelsea memenangkan liga dengan N'Golo Kante – pemain dengan dua gaya dalam satu tubuh – sebagai jantung permainan, dan sekarang Liverpool mungkin memiliki perusak lini tengah multi-fungsi mereka sendiri.
“Naby adalah orang yang sangat pemalu,” kata Klopp ketika pertandingan sudah selesai, menyinggung fakta bahwa Keita dan Mané sebenarnya tipe orang yang sama. “Jika melihat secara bijaksana, Anda dapat melihat sebuah potensi yang luar biasa. Tapi kita harus memberinya waktu. Secara bertahan, Anda melihatnya sangat stabil dalam melakukan tacke. Secara taktik, dia bisa lebih baik - dia harus meningkatannya, sebenarnya.”
Memang tidak semuanya sempurna. Beberapa kali Keita ceroboh dalam penguasaan bola, setelah memberi Benteke ruang untuk berlari di menuju ke pertahanan Liverpool, tetapi bayangkan saja apa yang akan dia rasakan setelah dia sepenuhnya terintegrasi. Keren, tenang, dan pemimpin alami, sangat menakutkan bahwa dia baru berusia 23 tahun.
Ada lagi yang akan datang dari mesin Corvette Liverpool dengan bodi Rolls-Royce. Lebih banyak lagi.

Sumber
Murray, A. (2018, August 24). Apa yang Sudah Diberikan Keita untuk Liverpool? Retrieved August 24, 2018, from https://www.fourfourtwo.com/id/features/apa-yang-sudah-diberikan-keita-untuk-liverpool

Sabtu, 30 Juni 2018

Inilah 5 Pemain Pemilik Nomor 8 di Liverpool Sebelum Naby Keita

Liverpool telah resmi memperkenalkan Naby Keita pada 27 Juni 2018 lalu. Ada pun sebenarnya Keita telah resmi menjadi milik Liverpool sejak musim panas 2017 dengan mahar 59 juta Euro setelah melewati berbagai negosiasi alot dengan pihak RB Liepzieg.
Menurut situs resmi Liverpool, Naby Keita akan mengenakan nomor punggung 8 yang sudah 3 musim tanpa "tuan". Pemilik terakhir dari nomor 8 sendiri adalah kapten legendaris Liverpool, Steven Gerrard, yang telah meninggalkan Liverpool pada akhir musim 2014/2015.
Tentunya ada perdebatan di kalangan fans Liverpool. Pertanyaan dan pernyataan seperti "mengapa harus 8?" , "apakah dia cukup baik sebagai pewaris Gerrard?", dan "dia belum terbukti" ramai membanjiri kolom komentar di berbagai situs berita atau akun media sosial resmi Liverpool dan fans Liverpool itu sendiri.
Tapi yang perlu disadari wahai fans Liverpool, bahkan sebelum Gerrard memakai nomor ini, ada pemain yang bisa dibilang flop ketika memakai nomor punggung ini. Untuk itu, mari kita bahas 5 pemain pemilik nomor punggung 8 di Liverpool sebelum Naby Keita (tentunya di era Premier League). Kuy, check it out!
1. Paul Stewart (1992 - 1995)
Liverpool menghabiskan sekitar dana 2,3 juta Euro untuk mendatangkan Stewart pada awal musim 1992/93 setelah menghabiskan 4 musim di Tottenham dengan bermain sangat baik sebagai seorang gelandang setelah pernah menjadi seorang striker yang mencetak 24 gol dalam 1 musim bersama Man City.
Dalam 2 tahun waktunya bersama Liverpool, Stewart terus membuat kecewa para fans. Ia bermain lagi sebagai striker di beberapa kesempatan. Tetapi gagal menampilkan performa terbaiknya.
Stewart kemudian tidak bermain 1 pertandingan pun dalam 2 tahun terakhirnya di Liverpool, entah itu dipinjamkan ke klub lain atau berjuang melawan cedera.
Penampilan = 42
Gol = 3

2. Stan Collymore (1995 - 1997)

Setelah menjalani musim 1994-1995 dengan membawa Nottingham finish di posisi 3 Premiership dan mencetak tak kurang dari 22 gol liga, Liverpool berani memecahkan rekor transfer Britania Raya dengan nilai 8,5 juta Euro ketika itu.
Walau begitu, Collymore hanya mencetak 2 gol dari 7 match pertamanya sehingga membuat Ian Rush kembali bermain sebagai partner striker utama, Robbie Fowler. Setidaknya itu terjadi sampai awal Desember ketika Rush harus memulihkan diri setelah menjalani operasi tulang rawan, kombinasi Collymore dengan Fowler mulai mekar.
Collymore diakui sebagai pasangan terbaik untuk Fowler selayaknya Emile Heskey untuk Michael Owen. Di musim pertama partnership-nya dengan Fowler, mereka mencetak total 55 gol dan 47 gol di musim keduanya.
Mungkin momen paling ikonik dari pemain ini adalah ketika ia mencetak gol penentu kemenangan dalam drama 4-3 di Anfield melawan Newcastle yang sampai membuat Martin Tyler histeris, "COLLYMORE CLOSING IN!!!!"
Collymore kemudian dijual ke Aston Villa pada musim panas 1997 karena konfrontasi dengan manajer kala itu, Roy Evans.
Penampilan = 81
Gol = 35

3. Øyvind Leonhardsen (1997-1999)

Pemain yang dibeli dari Wimbledon pada tahun 1997 ini merupakan penggemar Liverpool sejak kecil, idolanya adalah Kevin Keegan dan Kenny Dalglish.
Kebetulan manajer ketika itu, Roy Evans, menyukai pemain Norwegia karena etos kerja mereka sampai mengatakan bahwa banyak pemain dari Skandinavia di Liga Premier yang kurang menonjol tetapi Øyvind mungkin yang paling menonjol.
Leonhardsen adalah gelandang kategori menyerang dengan mata yang tertuju pada gawang lawan. Hal ini dibuktikan ketika ia mencetak 6 gol dari 36 pertandingan di musim pertamanya yang merupakan catatan cukup impresif untuk seorang gelandang.
Sayangnya, ia tak jadi pilihan utama di musim selanjutnya ketika Gerrard Houllier dan Roy Evans memutuskan "bercerai" sebagai duet pelatih.
Ia kemudian dijual ke Goerge Graham-nya Spurs pada akhir musim 1998/1999 setelah gagal meyakinkan Houllier.
Penampilan = 49
Gol = 7

4. Emile Heskey (2000-2004)

Kalian mungkin tak menyangka bahwa Heskey pernah berseragam Liverpool mengingat ia adalah bahan ejekan atau bahan meme terutama ketika kita menengok penampilannya di Piala Dunia 2010 lalu. Faktanya, ia justru menampilkan performa terbaiknya bersama Liverpool.
Didatangkan dari Leicester City dengan memecahkan rekor transfer klub (11 juta Euro). Seperti yang disebutkan di atas, Heskey adalah partner Owen yang paling tepat sebagai kombinasi striker besar dan kecil.
Heskey dan Owen sebelumnya pernah berduet di timnas Inggris U-18. Houllier mendeskripsikan Heskey sebagai pemain yang pekerja keras dan rela berkorban untuk tim.
Heskey menggila di musim penuh pertamanya dengan mencetak 22 gol dari 56 laga di musim "Treble" yang bersejarah itu.
Ia meneror pertahanan lawan dengan mengandalkan kecepatan dan kekuatan, menggunakan tubuhnya sebagai pemantul yang berguna untuk Owen dan rekan-rekannya.
Penampilan = 223
Gol = 60
Gelar = FA Cup 2001; League Cup 2001, 2003; UEFA Cup 2001; UEFA Super Cup 2001.

5. Steven Gerrard (2004 - 2015)

Apalagi yang bisa dikatakan untuk Scouser satu ini? Saya rasa diriku sendiri dan kalian sudah sangat mengenal jelas orang ini.
Pemimpin yang hebat, kuat dalam tekel, tendangan gledek, visi yang luar biasa, mencetak gol-gol hebat, dan membuat umpan brilian ada semua pada Stevie, simpel kan?
Tak diragukan lagi, Stevie berada di antara para legenda elit Liverpool macam Billy Liddell dan Kenny Dalglish. Sayang, ia tak mendapatkan satu pun gelar liga sepanjang kariernya sebagai pemain.
Penampilan = 710
Gol = 186
Gelar = FA Cup 2001, 2006; League Cup 2001, 2003, 2012; UEFA Champions League 2005; UEFA Cup 2001; PFA Young Player of the Year 2001, PFA Player of the Year 2006, FWA Footballer of the Year 2009, PFA Fans' Player of the Year 2001, 2009.